Gambar: techgatherer.com |
Ruby Sparks (Zoe Kazan), tokoh
hasil imajinasi Calvin (Paul Dano) yang secara tiba-tiba muncul di dunia nyata.
Kemunculan Ruby Sparks awalnya sangat disangsikan oleh Calvin.
Calvin yang adalah seorang novelis ternama merupakan pasien tetap pada sebuah penyedia jasa konsultasi kejiwaan. Oleh karena itu, kehadiran Ruby Sparks dengan wajah dan sifat yang sangat serupa dengan karakter pada buku yang sedang ditulisnya membuat Calvin merasa bahwa dirinya telah benar-benar menjadi gila. Apalagi Ruby muncul di rumah Calvin dan langsung menyebut dirinya sebagai kekasih Calvin.
Calvin yang adalah seorang novelis ternama merupakan pasien tetap pada sebuah penyedia jasa konsultasi kejiwaan. Oleh karena itu, kehadiran Ruby Sparks dengan wajah dan sifat yang sangat serupa dengan karakter pada buku yang sedang ditulisnya membuat Calvin merasa bahwa dirinya telah benar-benar menjadi gila. Apalagi Ruby muncul di rumah Calvin dan langsung menyebut dirinya sebagai kekasih Calvin.
Calvin
pada awalnya berusaha menyangkal kehadiran Ruby, hingga akhirnya ia teryakinkan
bahwa tidak hanya dirinya yang dapat melihat Ruby. Ruby bukan hanya
ilusinasinya. Ia nyata (?). Calvin yang sudah lama merasa kesepian karena tidak
memiliki teman dan ditinggalkan oleh kekasih pun menikmati kondisinya saat itu.
Ia melalui hari-harinya bersama Ruby dengan segala dinamika yang terjadi.
Salah
satu bagian cerita dalam film ini menunjukkan pada kita betapa mengerikannya
memiliki kekuasaan yang berlebih, bahkan itu juga berbahaya untuk orang yang
kaucintai. Calvin yang mengetahui bahwa dirinya dapat menambahkan sifat atau
detil apapun pada kepribadian Ruby hanya dengan mengetikkannya pada naskah buku
yang sedang ia tulis, pada awalnya
menolak untuk mengubah apapun tentang Ruby. Tapi kekuasaan rupanya memiliki
godaannya sendiri, Calvin kemudian mengubah-ngubah suasana hati Ruby semaunya.
Untuk kepentingannya.
Disutradarai oleh
Jonathan Dayton dan Valerie Faris, film ini membuat kita berpikir sepanjang
film. Apakah kehadiran Ruby merupakan bagian dari penceritaan Calvin kepada
psikiater tentang isi buku yang sedang ditulisnya? Kemunculan Ruby terjadi
setelah adegan Calvin menceritakan sifat-sifat Ruby kepada sang psikiater.
Dengan teknik pengambilan gambar yang mem”buram”, saya secara pribadi
mengasumsikannya sebagai mimpi atau khayalan. Tapi konfirmasi mengenai itu
bahkan tidak terjadi hingga akhir film.
“Aku tidak perlu
masuk akal untuk ini,” ujar Calvin.
Kebingungan
tersebut, bagi saya, justru menarik. Membiarkan pertanyaan penonton tetap
menggantung di kepalanya masing-masing dan kemudian mengakhiri cerita dengan
cerdas. Ketidak-jelasan status Ruby (khayalan ataukah kenyataan) membuat
penonton terus bertahan, apalagi dengan konflik emosi Calvin yang berjuang
melawan ego pribadinya untuk menguasai kehidupan Ruby. Tidak diragukan, akting
kedua pemeran utama dalam film ini sangat baik.
0 comments:
Post a Comment