Wednesday 15 April 2015

Puisi Suara NTB (28 maret 2015)

Gambar : http://www.arpa.fvg.it
Puisi-Puisi oleh Rina Yulianti
 
Pabrik Beras

hujan turun lebat
nyonya berdiri menjulang
bertolak pinggang seperti cangkir
atau teko meminta dituang

para buruh lewat mengucap tabik
dada mereka berderap sudah tahu
kesalahan apa dibuat
: terpal-terpal bolong

angsa-angsa milik nyonya
komat-kamit
dan para buruh mendengarnya
sebagai doa
sebab siapa tak kenal nyonya

buruh terakhir tiba
nyonya menurunkan tangan
sebelum tabik diselesaikan

(Karang Irian, 2015)
           
Rumah

ibu membelakangi televisi
punggungnya memutar 
video muram tanpa latar
adik yang melukis mimpi
dengan liur
tidur serupa tanda baca
aku menghitung jalan panjang
ke kamar sebelah
dimana kakak mengeja
nama keluarga

(Sumbawa, 2015)


Laba-Laba Kantung Mata

laba-laba yang kau pelihara
di kantung matamu
tentu bosan
menyaksikan permainan domino
yang selalu enggan
membuatmu menang

jika ia mulai bosan
ia dapat berbiak banyak
dan kantung matamu dapat meledak

tak ada mesin waktu yang
ditanamkan sebagai peringatan
matamu dapat meledak hari ini, esok,

atau jika tidak
ia mungkin telah pindah ke dadamu
: keliru akan jantung dan detik waktu

 (Sumbawa, 2015)


Pusara

ada pusara pada dadanya
yang lapang
tenang
torehan belati pernah membuatnya
mati
berkali-kali
di perjalanan menuju makam
ia temukan tubuhnya
yang lain tengah
menanamkan pusara
pada dadanya sendiri
tubuhnya saling menangisi

(Sumbawa, 2015)


(Dimuat pada harian Suara NTB  Sabtu, 28 Maret 2015)