Gambar : http://www.arpa.fvg.it |
Pabrik Beras
hujan turun lebat
nyonya berdiri
menjulang
bertolak
pinggang seperti cangkir
atau teko meminta
dituang
para buruh lewat
mengucap tabik
dada mereka
berderap sudah tahu
kesalahan apa
dibuat
: terpal-terpal
bolong
angsa-angsa
milik nyonya
komat-kamit
dan para buruh
mendengarnya
sebagai doa
sebab siapa tak
kenal nyonya
buruh terakhir
tiba
nyonya
menurunkan tangan
sebelum tabik diselesaikan
(Karang Irian, 2015)
Rumah
ibu membelakangi
televisi
punggungnya memutar
video muram
tanpa latar
adik yang
melukis mimpi
dengan liur
tidur serupa
tanda baca
aku menghitung
jalan panjang
ke kamar sebelah
dimana kakak mengeja
nama keluarga
(Sumbawa, 2015)
Laba-Laba Kantung Mata
laba-laba yang
kau pelihara
di kantung
matamu
tentu bosan
menyaksikan permainan
domino
yang selalu enggan
membuatmu menang
jika ia mulai
bosan
ia dapat berbiak
banyak
dan kantung
matamu dapat meledak
tak ada mesin
waktu yang
ditanamkan
sebagai peringatan
matamu dapat
meledak hari ini, esok,
atau jika tidak
ia mungkin telah
pindah ke dadamu
: keliru akan
jantung dan detik waktu
(Sumbawa, 2015)
Pusara
ada pusara pada
dadanya
yang lapang
tenang
torehan belati
pernah membuatnya
mati
berkali-kali
di perjalanan
menuju makam
ia temukan
tubuhnya
yang lain tengah
menanamkan
pusara
pada dadanya
sendiri
tubuhnya saling
menangisi
(Sumbawa, 2015)
(Dimuat pada harian Suara NTB Sabtu, 28 Maret 2015)