Maksudku, ini sama saja dengan
pelabelan buruk. Melabeli para pecinta baca dengan konotasi hewan-hewan yang
bikin banyak orang geli itu sama saja dengan menanamkan pikiran ke orang-orang
bahwa membaca buku itu ndak keren. Ndak masuk akal kan? Nyatanya aku banyak lho
bersahabat dengan para maniak buku yang kece-nya sudah tingkat badai. Modish,
stylish, amis. Eh, maksudku amis. Eh, maksudku, maksudku, manis.
Orang yang waras saja, jika semua
orang disekitarnya sepakat untuk selalu mengatakan bahwa dia gila, maka si
waras itu akan perlahan-lahan mulai meragukan dirinya sendiri. Apa benar ia
waras, ataukah seperti yang dikatakan orang-orang, bahwa sebenarnya ia gila.
Nah, pelabelan dengan istilah ndak keren itu, menurutku bisa sangat berbahaya bagi kampanye membaca di Indonesia. Anak-anak keren yang mendapati dirinya suka membaca bisa mulai meragukan dirinya sendiri. Apakah benar ia keren ataukah memang ia tidak lebih dari hanya sekedar kutu yang menyukai ruang-ruang sepi, asik sendiri, dan mulai membaca. Kemudian sebagaimana teori labelling, ia mulai membuat dirinya menjadi tidak keren sebagaimana yang dilabelkan pada dirinya itu. Ini tipe yang lebih kuat memilih kegemarannya pada baca.
Nah, pelabelan dengan istilah ndak keren itu, menurutku bisa sangat berbahaya bagi kampanye membaca di Indonesia. Anak-anak keren yang mendapati dirinya suka membaca bisa mulai meragukan dirinya sendiri. Apakah benar ia keren ataukah memang ia tidak lebih dari hanya sekedar kutu yang menyukai ruang-ruang sepi, asik sendiri, dan mulai membaca. Kemudian sebagaimana teori labelling, ia mulai membuat dirinya menjadi tidak keren sebagaimana yang dilabelkan pada dirinya itu. Ini tipe yang lebih kuat memilih kegemarannya pada baca.
Lalu bagaimana dengan mereka yang
belum gemar membaca? Mendengar pelabelan semacam itu akan membuat mereka
mengurungkan niatnya untuk membaca terlalu banyak. Mereka bahkan menjadi
penyumbang terbesar anak-anak yang suka baca enggan menunjukkan ketertarikannya
membaca di depan umum. Sebab tipe-tipe yang lebih gemar mempertahankan
ke-keren-an versi mereka ini akan mulai mengolok-olok mereka sebagai kutu.
So, saran saya sih simpel saja. Istilah
kutu buku itu harus segera dilenyapkan dari muka bumi ini, kisanak dan nyisanak
sekalian. Kita ciptakan istilah-istilah baru yang mampu mengangkat harkat dan
derajat para pecinta buku kelas berat. Usulan dari saya sih misalnya ganti saja
dengan kembang buku, peselancar buku,
penyelam aksara.
Nah, nah, bahkan ideku itu terdengar sangat aneh. Ini menunjukkan pelabelan tersebut sudah sampai pada tahap akut di pikiranku. Atau mungkin saja, istilah paling merdu bagi para pecinta buku ya memang kutu buku itu tadi. Ya sudahlah. Pasrah saja. Baca ya baca saja. Gausah pikir macam-macam, pengen keren segala. -_-
Nah, nah, bahkan ideku itu terdengar sangat aneh. Ini menunjukkan pelabelan tersebut sudah sampai pada tahap akut di pikiranku. Atau mungkin saja, istilah paling merdu bagi para pecinta buku ya memang kutu buku itu tadi. Ya sudahlah. Pasrah saja. Baca ya baca saja. Gausah pikir macam-macam, pengen keren segala. -_-
0 comments:
Post a Comment