Buku yang kubeli dari seorang
teman ini malah lebih dulu kupinjamkan daripada kubaca sendiri. Maka, kuputuskan,
proyek membaca akhir tahunku adalah menyelesaikan membaca Little Women yang
telah kutunda demikian lama. Proyek ini terlaksana, meskipun target selesai
dalam sehari harus bergeser menjadi dua hari akibat banyaknya undangan (baca:
gangguan) pesta akhir tahun.
Keluarga March adalah keluarga Amerika sederhana di abad 19. Sang ayah
harus mengikuti tugas ketentaraan, sehingga rumah mereka hanya dihuni sang ibu
(marmee), dan 4 gadis bersaudara, serta Hannah pelayan mereka. Keempat bersaudara
itu mewarnai kehidupan rumah sederhana mereka dengan keceriaan.
Kisah ini dimulai pada malam natal. Meg si gadis sulung yang cantik
jelita. Jo yang tomboy. Beth si pecinta musik. Dan Amy sang seniman cilik. Mereka
berempat cenderung suka mengeluhkan hal-hal yang harus mereka jalani
sehari-hari. Meski demikian mereka adalah orang-orang yang tulus dan penyayang.
Dalam satu tahun, mereka mengalami berbagai macam hal yang pelan-pelan
membantu mereka menghilangkan sifat buruk masing-masing. Semua itu tentu tak
lepas dari peran sang ibu yang penyayang yang dengan sabar membimbing mereka
melalui segala macam hal.
Novel ini adalah novel bertema
drama keluarga berisi tokoh-tokoh wanita realis yang dapat dikatakan tidak
lazim di zamannya. Amerika saat itu (abad 19) dipenuhi dengan karya-karya fiksi
yang menceritakan tokoh wanita dengan sifat sempurna layaknya dalam dongeng
penuh khayalan. Louisa May Alcott berhasil keluar dari arus utama dan
menghadirkan kisah ini pada kita.
Meski aku tidak bisa bilang bahwa
aku menyukai buku ini dengan sangat, namun buku ini masih masuk dalam kategori
bagus menurut standarku. Ada banyak pelajaran-pelajaran yang dapat kita petik
dengan mengikuti kisah para gadis keluarga March. Dan karena bersifat realis,
maka hal-hal tersebut sangat dekat dengan apa yang kita alami sehari-hari.
Tentu saja karena aku merasa
paling mirip dengan karakter Jo, maka dialah yang paling banyak memberikanku
pelajaran. Tentang bagaimana megontrol emosi, bertangungjawab pada adik-adik,
dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan pekerjaan.
Selain mendapat pelajaran
memperbaiki diri bersama Jo, aku juga merasa dekat dengan karakter-karakter
lainnya. Betapa aku menyukai Meg yang menggugurkan anggapan bahwa gadis yang
cantik “di luar” tidak bisa sekaligus cantik “di dalam”. Betapa aku mencintai
Beth yang pemalu dan tidak pernah menunda kebaikan. Dan tentu saja tak ketinggalan
Amy yang sangat keras kepala tapi mampu mengatasi keegoisannya setelah berjuang
keras.
Saat mengingat kembali isi cerita
novel ini, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Entahlah, meskipun aku menyukai
drama keluarga ini, dengan terjemahan yang baik pula, aku merasa buku ini kurang memberikan kepuasan. Ah,
mungkin karena bukan seleraku saja. Tapi bisa jadi selera kawan-kawan semua. Mari
Baca :D
Judul :
Little Women
Penulis :
Louisa May Alcott
Penerjemah : Utti
Setiawati
Penerbit :
Penerbit Qanita
0 comments:
Post a Comment