Thursday 5 April 2012

(Book Review) Sang Alkemis: Menyerah Bukan Pilihan

Gambar: stronger-men.blogspot.com

              Sang Alkemis. Demikian judul buku karangan Paulo Coelho yang telah menyita perhatian saya belakangan.
Novel yang gaya berceritanya serupa dongeng ini mengajarkan banyak hal utamanya tentang keberanian membuat pilihan dan konsistensi terhadap pilihannya itu. Dengan kisah yang berpusat pada seorang bocah bernama Santiago, novel inipun mengajak pembacanya ikut berpetualang dan menjelajah bersama si bocah dengan segala kisah dan pelajarannya tentang kehidupan.
              Si bocah ini digambarkan memiliki keistimewaan berupa keberaniannya memilih menjalani mimpinya sebagai pengembara di usianya yang masih belia. Dengan keingintahuannya yang besar terhadap dunia, ia memilih menjadi seorang gembala -di kalangannya hanya itulah satu-satunya cara agar dapat mengembara- dan menentang keinginan orangtuanya yang menginginkan ia menjadi seorang pastur.
            Suatu ketika, saat ia tengah tertidur bersama domba gembalaannya, si bocah mengalami mimpi yang sama untuk kedua kalinya. Penasaran, iapun pergi menemui seorang perempuan gipsy yang kemudian membantunya mengartikan mimpi itu. Perempuan itu memberitahunya bahwa ia akan menemukan harta karun di dekat piramida.
            Kebingungan dan keraguanpun berkecamuk di kepala si bocah. Ia tak merasa perlu mengejar harta yang belum tentu ada karena toh ia sudah merasa bahagia dengan domba yang dimilikinya. Hingga perjalananpun mempertemukan ia dengan seorang bapak tua yang ternyata adalah seorang raja, Raja Salem. Raja Salem meyakinkan si bocah untuk mengejar Legenda Pribadinya. Legenda Pribadi merupakan sesuatu yang harus diraih dan dijalani seseorang semasa hidupnya. Dan tak banyak yang mampu melakukan itu. hidup telah membuat banyak orang lebih memilih diam dan abai terhadap Legenda Pribadi yang mereka miliki.
           Untuk si bocah, menjelajah dan menemukan harta karunlah Legenda Pribadinya. Dengan segala kata-kata yang disampaikan Raja Salem, si bocahpun akhirnya memutuskan pergi menuju piramida untuk menjalani Legenda Pribadinya dan menjual domba-domba yang telah lama bersamanya. Sekali lagi ia menunjukkan keberaniannya mengambil keputusan.
            Banyak rintangan yang dihadapi Santiago, si bocah, dalam pemenuhan Legenda Pribadinya. Bahkan sejak awal perjalanannya segala uang yang dimiliki harus raib akibat perkenalannya dengan seorang penipu ulung. Belum lagi segala keraguan yang harus hinggap di hatinya ketika ia akhirnya bekerja di sebuah toko gelas kristal yang berhasil membuatnya mengumpulkan banyak uang. Namun demikian, ingatannya akan Raja Salem selalu berhasil membuatnya kembali melanjutkan perjalanan hingga akhirnya ia bertemu dengan Sang Alkemis yang membantunya sampai ke Piramida.
           Melalui novel ini, dapat terlihat bahwa Paulo Coelho merupakan seorang penyelam kehidupan. Melalui tokoh-tokoh dalam novel ini, Coelho mengajarkan hal-hal yang kita dapati dalam kehidupan sehari-hari namun jarang kita anggap sebagai sebuah pertanda yang patut dicermati maknanya. Iapun berpesan, “Ikutilah pertanda”, dan untuk dapat mengikuti pertanda maka pastilah perlu untuk mengetahui artinya. Kalimat tersebut selalu berulang dalam novel karyanya ini. Sebab “pertanda” dalam novel ini dikatakan sebagai pesan dari Tuhan. Sebuah bahasa tanpa kata dariNya. Bahasa Buana.
           Coelho menuangkan banyak kata-kata filosofisnya dalam novel ini. “Ketika kau menginginkan sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka alam semesta akan senantiasa bersatu untuk membantumu,”  demikianlah kata-kata yang sepintas memang terlihat mengadopsi bunyi the law of attraction. “Tapi memang sebagaimana manusia yang lain, kita akan melihat apa yang ingin kita lihat, bukan apa yang sesungguhnya terlihat”. Mungkin karena itulah banyak manusia yang terlena melakukan hal yang sudah terbiasa dilakukannya, meskipun itu bukanlah hal yang benar-benar diinginkannya. Merasa takut untuk melakukannya. Untuk itu, Coelho meminta para pembacanya untuk optimis memandang hal yang akan terjadi, karena dunia akan menjadi seperti apa yang dibayangkan oleh kita.
           Dalam penceritaan novel tersebut, Coelho juga menunjukkan contoh-contoh kehidupan orang-orang yang telah mengetahui dan mengejar Legenda Pribadi mereka, akan tetapi sebagian mereka gagal. Melalui itu, Coelho menunjukkan bahwa hanya sikap konsisten dan percaya pada hasil yang baiklah yang akan dapat menghantarkan kita pada suatu tujuan. Menyerah bukanlah pilihan.
         Dan pada akhirnya, saya harus mengakui bahwa karya Coelho memang adalah karya yang baru saya kenal, akan tetapi ajarannya tentang kehidupan mungkin justru lebih banyak dari yang diajarkan oleh beberapa lainnya. Pun saya tersadar pula, bahwa ada satu lagi buku yang sangat layak untuk dibaca.

0 comments: