Gambar: gramediapustakautama.com |
Buku ini merupakan sebuah novel
karangan Paulo Coelho. Dikisahkan dalam novel ini seorang wanita yang bertemu
dengan teman masa kecilnya di Madrid.
Mereka telah lama tak bertemu sebab si pria pergi dari kampung halaman untuk mencari pengalaman di dunia luar. Akan tetapi, mereka tak pernah berhenti saling mengirim kabar melalui surat hingga akhirnya mereka pun berjanji untuk bertemu di Madrid saat si teman pria hendak menyampaikan khotbah di sana.
Mereka telah lama tak bertemu sebab si pria pergi dari kampung halaman untuk mencari pengalaman di dunia luar. Akan tetapi, mereka tak pernah berhenti saling mengirim kabar melalui surat hingga akhirnya mereka pun berjanji untuk bertemu di Madrid saat si teman pria hendak menyampaikan khotbah di sana.
Coelho
menggambarkan tokoh wanita, Pilar, sebagai seseorang yang sangat hati-hati
dalam setiap langkah yang diambil di
hidupnya. Itu pulalah yang menyebabkan ia mengalihkan pembicaraan ketika si
pria hendak menyatakan cintanya dulu saat masih kanak-kanak. Cinta yang
akhirnya membuat si pria terus penasaran dan dibawa hingga dewasa, bahkan
setelah si pria mengikuti seminari (pendidikan persiapan untuk menjadi pastor).
Setelah
bertemu, tak disangka teman pria masa kecilnya telah berubah menjadi seorang
pria yang dikenal banyak orang. Pilar sebenarnya tak mengerti dengan siapa
dirinya terlibat saat ini, tapi yang perlu diketahuinya hanyalah bahwa pria itu
adalah teman masa kecilnya dulu. Yang kemudian membuat dirinya mematahkan
pertahanan sebagai wanita yang tidak ingin mengambil keputusan yang dianggap
akan mengeluarkannya dari zona nyaman.
Pilarpun
akhirnya dibuat jatuh cinta hanya dalam waktu singkat. Keimanannya terhadap
Tuhan yang selama ini telah ia tinggalkan pun kembali ia peroleh. Novel ini
memang sangat dekat dengan kehidupan ke-Kristen-an. Pada awalnya, si pria
sengaja menemui Pilar untuk mengenyahkan keraguan dalam hatinya sebelum
akhirnya ia menjadi pastor. Akan tetapi setelah bertemu Pilar, cintanya semakin
kuat dan semakin yakin untuk tidak menjadi pastor.
Barulah
menjelang akhir cerita Pilar mengetahui bahwa teman masa kecilnya ternyata seorang
pimpinan spiritual yang dapat melakukan mukjizat dengan menyembuhkan
orang-orang. Sebuah mukjizat yang kemudian ditinggalkan olehnya saat ia memilih
menjalani hidup bersama Pilar. Memilih tetap hidup dengan mukjizat yang
dimilikinya sama saja memilih hidup dengan mengarungi resiko yang besar bersama
wanita yang dicintainya. Pilihan tersebutlah yang membuat Pilar merasa bersalah
terhadap umat dan menghukum dirinya dengan terus menangis dan menulis di tepi
sungai Piedra.
Kisah
ini merupakan kisah yang sangat romantis tanpa menghilangkan tipikal penulisan
Coelho yang sarat pesan-pesan kehidupan. Pilar, menjadi sosok perempuan yang
mewakili banyak orang-orang lain yang terlalu takut untuk “berjudi” dengan
kehidupan. Untuk itu, Coelho memperkenalkan latihan “Yang Lain” dimana
seseorang yang menjalani latihan akan memaksa dirinya Yang Lain untuk keluar
dari tubuhnya. Dirinya Yang Lain adalah sosok dirinya yang seringkali
berpura-pura, tidak mendengar kata hatinya sendiri dan melakukan
pengelakan-pengelakan terhadap hal yang benar-benar diinginkannya. Sepanjang
kisah ini, pertengkaran antara diri Pilar dengan Yang Lain juga menjadi hal
yang menarik untuk diperhatikan.
Pecahkan gelasnya. Sejak kecil kita selalu
dididik untuk berhati-hati pada tubuh dan gelas yang kita miliki. Padahal
setelah ia pecah maka akan kita tahu bahwa itu bukan sesuatu yang serius.
Pecahkan geasnya, dan bebaskan kita dari semua peraturan keparat ini.
Hal lain yang
juga menarik perhatian adalah pesan kesetaraan gender yang ingin disampaikan
oleh Coelho melalui novel ini. Melalui ajaran yang tengah disebarkan oleh si
pria, diperkenalkan kepercayaan akan sisi feminin Tuhan melalui Maria yang
Dikandung Tanpa Noda.
“Salah satu
wajah Tuhan adalah wajah wanita.”
Demikian disampaikan Coelho yang
menekankan bahwa Tuhan sesungguhnya mencerminkan diri dan sifat-Nya pada
makhluk ciptaan-Nya.
0 comments:
Post a Comment