Friday 25 May 2012

(Book Review) Lolita: Peri Asmara Humbert Humbert


      Humbert Humbert merupakan seorang duda yang memiliki penyakit psikologi pedofilia,  yakni kecenderungan untuk menyukai lawan jenis yang masih di bawah umur.
Kelainan ini dimilikinya akibat kisah cinta masa kecilnya yang harus berujung pada kematian si gadis. Ia masih terjebak pada rasa cinta terhadap sosok gadis pujaannya di masa kecil. Akibatnya, ia selalu memiliki imajinasi liar tiap kali melihat gadis-gadis bawah umur yang kemudian ia juluki peri asmara.
            Dalam perjalanannya, Humbert-Humbert kemudian jatuh cinta pada anak induk semangnya. Lolita, seorang gadis pemberontak yang masih berusia empat belas tahun telah mencuri hati Humbert Humbert hingga membuatnya rela menerima lamaran sang ibu, Charlotte Haze hanya demi dapat terus berada di dekat Lolita, meski sebagai seorang ayah tiri.
            Setelah menjalani kehidupan rumah tangganya beberapa lama, Charlotte Haze meninggal dan membuka kesempatan bagi Humbert Humbert untuk terus bersama Lolita. Demi menghindari kecurigaan warga sekitar, Humbert membawa Lolita berkeliling negeri. Hal ini tidak terlalu sulit bagi Humbert karena Lolita juga memiliki ketertarikan padanya.
            Ketertarikan satu sama lain ini berlangsung beberapa lama hingga akhirnya Lolita mengalami pemerkosaan di hotel pertama yang disinggahi mereka. Selanjutnya, Lolita menjadi budak seks Humbert yang dimanja sekaligus diproteksi secara berlebihan dari dunia luar.
            Novel yang ditulis Vladimir Nabokov ini mengantarkan pembaca ke penyelaman mendalam terhadap psikologi seorang pedofilia. Vladimir Nabokov telah merancang novel ini sedemikian rupa agar pembaca dapat larut dan menghayati kisah Lolita ini sebagai kisah nyata yang ditulis oleh seorang tahanan yang akan dihukum mati. Jadi novel ini dimulai bukan dari bab satu tapi justru dari sebelumnya yakni bagian pengantar yang digunakan untuk menseting pikiran pembaca.
            Kelainan psikologi seorang pedofilia benar-benar berhasil ditunjukkan dalam novel ini melalui bagaimana Humbert mampu menggambarkan secara detail bagaimana sosok peri asmara tampak begitu berbeda dari gadis-gadis belia lainnya. Nabokov juga sangat detail dalam menggambarkan perasaan Humbert yang terluka akibat rasa cemburu atau rasa jijiknya pada wanita dewasa meskipun mereka memiliki paras yang menarik.
            Pemilihan kata dan penceritaan Nabokov juga sangat cerdik sehingga mampu menyembunyikan beberapa fakta seperti peristiwa pemerkosaan pertama yang dialami Lolita oleh Humbert. Pengungkapan nafsu atau gairah seks Humbert juga seringkali dinyatakan dalam bahasa-bahasa yang penuh tanda yang menunjukkan bahwa novel ini bukanlah selayaknya novel porno yang berusaha sebanyak-banyaknya hal-hal vulgar di dalamnya. Meski demikian, tak bisa dipungkiri ada beberapa kejadian dalam novel ini yang mampu membangkitkan imajinasi liar pembacanya.
            Berbicara mengenai kelebihan pada model penulisan Nabokov yang sangat detail dan mendalam, terdapat pula hal mencolok lain yang cenderung mengganggu pembaca dalam novel ini. Nabokov seringkali tidak konsisten dalam menggunakan sudut pandang penceritaannya. Sesekali menggunakan orang pertama dengan Humbert Humbert sebagai “aku”, namun seringpula Humbert Humbert ditinjau sebagai “ia”. Nama-nama tokohnya juga seringkali kemudian berubah menjadi sebuah nama julukan dalam benak Humbert (ataupun nama panggilan sebenarnya juga). Lolita merupakan nama panggilan dari Dolores Haze yang kadang juga dipanggil Dolly, Lo atau yang lainnya. Vanesia kadang berubah menjadi Vaneshcha. Hal tersebut terjadi cukup sering dan tanpa petunjuk bagi pembaca sehingga seringkali mengganggu.
            Bagaimanapun, saya rasa membaca novel ini akan mampu membuat pembaca, untuk beberapa hari setelahnya, menaruh curiga pada sosok lelaki bermuka ramah yang tengah memandangi seorang gadis cilik di taman atau di tempat-tempat umum lainnya. 

0 comments: