Humbert Humbert merupakan seorang
duda yang memiliki penyakit psikologi pedofilia, yakni kecenderungan untuk menyukai lawan jenis
yang masih di bawah umur.
Kelainan ini dimilikinya akibat kisah cinta masa kecilnya yang harus berujung pada kematian si gadis. Ia masih terjebak pada rasa cinta terhadap sosok gadis pujaannya di masa kecil. Akibatnya, ia selalu memiliki imajinasi liar tiap kali melihat gadis-gadis bawah umur yang kemudian ia juluki peri asmara.
Kelainan ini dimilikinya akibat kisah cinta masa kecilnya yang harus berujung pada kematian si gadis. Ia masih terjebak pada rasa cinta terhadap sosok gadis pujaannya di masa kecil. Akibatnya, ia selalu memiliki imajinasi liar tiap kali melihat gadis-gadis bawah umur yang kemudian ia juluki peri asmara.
Dalam
perjalanannya, Humbert-Humbert kemudian jatuh cinta pada anak induk semangnya.
Lolita, seorang gadis pemberontak yang masih berusia empat belas tahun telah
mencuri hati Humbert Humbert hingga membuatnya rela menerima lamaran sang ibu,
Charlotte Haze hanya demi dapat terus berada di dekat Lolita, meski sebagai
seorang ayah tiri.
Setelah
menjalani kehidupan rumah tangganya beberapa lama, Charlotte Haze meninggal dan
membuka kesempatan bagi Humbert Humbert untuk terus bersama Lolita. Demi
menghindari kecurigaan warga sekitar, Humbert membawa Lolita berkeliling
negeri. Hal ini tidak terlalu sulit bagi Humbert karena Lolita juga memiliki ketertarikan
padanya.
Ketertarikan
satu sama lain ini berlangsung beberapa lama hingga akhirnya Lolita mengalami
pemerkosaan di hotel pertama yang disinggahi mereka. Selanjutnya, Lolita
menjadi budak seks Humbert yang dimanja sekaligus diproteksi secara berlebihan
dari dunia luar.
Novel
yang ditulis Vladimir Nabokov ini mengantarkan pembaca ke penyelaman mendalam
terhadap psikologi seorang pedofilia. Vladimir Nabokov telah merancang novel
ini sedemikian rupa agar pembaca dapat larut dan menghayati kisah Lolita ini
sebagai kisah nyata yang ditulis oleh seorang tahanan yang akan dihukum mati.
Jadi novel ini dimulai bukan dari bab satu tapi justru dari sebelumnya yakni
bagian pengantar yang digunakan untuk menseting pikiran pembaca.
Kelainan
psikologi seorang pedofilia benar-benar berhasil ditunjukkan dalam novel ini
melalui bagaimana Humbert mampu menggambarkan secara detail bagaimana sosok
peri asmara tampak begitu berbeda dari gadis-gadis belia lainnya. Nabokov juga
sangat detail dalam menggambarkan perasaan Humbert yang terluka akibat rasa
cemburu atau rasa jijiknya pada wanita dewasa meskipun mereka memiliki paras
yang menarik.
Pemilihan
kata dan penceritaan Nabokov juga sangat cerdik sehingga mampu menyembunyikan
beberapa fakta seperti peristiwa pemerkosaan pertama yang dialami Lolita oleh
Humbert. Pengungkapan nafsu atau gairah seks Humbert juga seringkali dinyatakan
dalam bahasa-bahasa yang penuh tanda yang menunjukkan bahwa novel ini bukanlah
selayaknya novel porno yang berusaha sebanyak-banyaknya hal-hal vulgar di
dalamnya. Meski demikian, tak bisa dipungkiri ada beberapa kejadian dalam novel
ini yang mampu membangkitkan imajinasi liar pembacanya.
Berbicara
mengenai kelebihan pada model penulisan Nabokov yang sangat detail dan
mendalam, terdapat pula hal mencolok lain yang cenderung mengganggu pembaca
dalam novel ini. Nabokov seringkali tidak konsisten dalam menggunakan sudut
pandang penceritaannya. Sesekali menggunakan orang pertama dengan Humbert
Humbert sebagai “aku”, namun seringpula Humbert Humbert ditinjau sebagai “ia”.
Nama-nama tokohnya juga seringkali kemudian berubah menjadi sebuah nama julukan
dalam benak Humbert (ataupun nama panggilan sebenarnya juga). Lolita merupakan
nama panggilan dari Dolores Haze yang kadang juga dipanggil Dolly, Lo atau yang
lainnya. Vanesia kadang berubah menjadi Vaneshcha. Hal tersebut terjadi cukup
sering dan tanpa petunjuk bagi pembaca sehingga seringkali mengganggu.
Bagaimanapun,
saya rasa membaca novel ini akan mampu membuat pembaca, untuk beberapa hari
setelahnya, menaruh curiga pada sosok lelaki bermuka ramah yang tengah
memandangi seorang gadis cilik di taman atau di tempat-tempat umum lainnya.
0 comments:
Post a Comment