Judul :
Pride and Prejudice
Penulis :
Jane Austen
Penerjemah : Yunita Chandra
Editor : M. Syarif Mansyur
Penerbit : Bukune (2011)
Kisah ini berkutat pada kisah percintaan yang terjadi pada putri-putri keluarga Bennet. Keluarga Bennet terdiri dari Ny
Bennet yang cukup mengganggu dengan keinginannya menikahkan putri-putrinya
dengan pria kaya, Tn Bennet yang cenderung tak peduli apapun kecuali bukunya,
dan lima orang putri cantik; Jane, Elizzabeth, Mary, Kitty, dan Lidya.
Dalam upaya mencari pendamping, Jane akhirnya bertemu dengan Tn Bangley, sedangkan Elizzabeth harus mengalami berbagai pasang-surut emosi saat harus berhadapan dengan Tn Darcy. Prasangka-prasangka timbul pada diri Lizzy terhadap Tn Darcy yang memang tidak pandai mengungkapkan kebaikan hatinya.
Dalam upaya mencari pendamping, Jane akhirnya bertemu dengan Tn Bangley, sedangkan Elizzabeth harus mengalami berbagai pasang-surut emosi saat harus berhadapan dengan Tn Darcy. Prasangka-prasangka timbul pada diri Lizzy terhadap Tn Darcy yang memang tidak pandai mengungkapkan kebaikan hatinya.
Aku berkenalan dengan karya-karya
Jane Austen melalui film-film yang mengadopsi novelnya. Karena itu saat “bertemu”
dengan novel ini, aku langsung bilang “BELI”. Film-filmnya saja bisa membuat
aku jatuh cinta, lah apalagi
novelnya.
Untuk pecinta kisah-kisah
romantis, aku cenderung cukup terlambat membaca buku ini dan karena itu merasa
sangat menyesal. Novel ini sangat mampu mengalihkan perhatian dari dunia nyata
(itu standar yang aku gunakan untuk menyebut sebuah buku tergolong bagus :D ).
Jika ditanya apa yang membuat aku
begitu suka, mungkin jawabannya adalah betapa buku ini menyimpan rahasia para
tokohnya dengan baik. Masalah antara Tn Darcy dan Wickham dan alasan perginya
Tn Bangley meninggalkan Jane, meskipun cukup terbaca, tapi tidak mudah ditebak secara persis. Aku akhirnya
terpuaskan memperoleh jawabannya dari mulut Tn Darcy tepat saat Lizzy juga
akhirnya mengetahuinya. Ternyata aku tertular prejudice-nya Lizzy dan turut juga membuatku “buta”.
Penokohan yang kuat oleh Jane
Austen juga membuat aku terpesona. Well, bagaimana
tidak terpesona kalau aku selama membaca buku itu selalu membayangkan bahwa
dirikulah Lizzy, dan di hadapanku seorang Tn Darcy yang meskipun tampak sombong
tapi segitu rela berkorbannya demi Lizzy.
Nah, bagian menyebalkannya
adalah, bahwa aku beberapa kali bingung dengan bahasa pada novel ini. Aku beberapa
kali kesulitan menentukan siapa yang dirujuk oleh imbuhan “nya” (milik) atau “dia”.
Mungkin ini masalah pada pilihan kata penerjemah, atau bisa saja memang seperti
itu pada versi aslinya, entahlah. Yang jelas hal itu cukup mengganggu daya
serapku pada ceritanya.
Tapi, terlalu rugi kan kalau
harus “kalah” hanya karena itu dan tidak jadi membaca novel keren ini? Mari baca.
:D
0 comments:
Post a Comment