Tuesday 26 May 2015

[Book Review] Pride and Prejudice: Prasangka Membuatmu “Buta”



Judul                   : Pride and Prejudice
Penulis                : Jane Austen
Penerjemah         : Yunita Chandra
Editor                 : M. Syarif Mansyur
Penerbit              : Bukune (2011)

Kisah ini berkutat pada kisah percintaan yang terjadi pada putri-putri keluarga Bennet. Keluarga Bennet terdiri dari Ny Bennet yang cukup mengganggu dengan keinginannya menikahkan putri-putrinya dengan pria kaya, Tn Bennet yang cenderung tak peduli apapun kecuali bukunya, dan lima orang putri cantik; Jane, Elizzabeth, Mary, Kitty, dan Lidya.
Dalam upaya mencari pendamping, Jane akhirnya bertemu dengan Tn Bangley, sedangkan Elizzabeth harus mengalami berbagai pasang-surut emosi saat harus berhadapan dengan Tn Darcy. Prasangka-prasangka timbul pada diri Lizzy terhadap Tn Darcy yang memang tidak pandai mengungkapkan kebaikan hatinya.

         Aku berkenalan dengan karya-karya Jane Austen melalui film-film yang mengadopsi novelnya. Karena itu saat “bertemu” dengan novel ini, aku langsung bilang “BELI”. Film-filmnya saja bisa membuat aku jatuh cinta, lah apalagi novelnya. 

        Untuk pecinta kisah-kisah romantis, aku cenderung cukup terlambat membaca buku ini dan karena itu merasa sangat menyesal. Novel ini sangat mampu mengalihkan perhatian dari dunia nyata (itu standar yang aku gunakan untuk menyebut sebuah buku tergolong bagus :D ).

      Jika ditanya apa yang membuat aku begitu suka, mungkin jawabannya adalah betapa buku ini menyimpan rahasia para tokohnya dengan baik. Masalah antara Tn Darcy dan Wickham dan alasan perginya Tn Bangley meninggalkan Jane, meskipun cukup terbaca, tapi  tidak mudah ditebak secara persis. Aku akhirnya terpuaskan memperoleh jawabannya dari mulut Tn Darcy tepat saat Lizzy juga akhirnya mengetahuinya. Ternyata aku tertular prejudice-nya Lizzy dan turut juga membuatku “buta”.

        Penokohan yang kuat oleh Jane Austen juga membuat aku terpesona. Well, bagaimana tidak terpesona kalau aku selama membaca buku itu selalu membayangkan bahwa dirikulah Lizzy, dan di hadapanku seorang Tn Darcy yang meskipun tampak sombong tapi segitu rela berkorbannya demi Lizzy.

        Nah, bagian menyebalkannya adalah, bahwa aku beberapa kali bingung dengan bahasa pada novel ini. Aku beberapa kali kesulitan menentukan siapa yang dirujuk oleh imbuhan “nya” (milik) atau “dia”. Mungkin ini masalah pada pilihan kata penerjemah, atau bisa saja memang seperti itu pada versi aslinya, entahlah. Yang jelas hal itu cukup mengganggu daya serapku pada ceritanya.

       Tapi, terlalu rugi kan kalau harus “kalah” hanya karena itu dan tidak jadi membaca novel keren ini? Mari baca. :D

0 comments: