Monday 8 June 2015

[Book Review] The Phantom of The Opera: Si Buruk Rupa yang Berkenalan dengan Cinta



gambar: bukubekas.blogspot.com


Judul                    : The Phantom of the Opera
Penulis                  : Gaston Leroux
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman     : 376 halaman

Eric, sang hantu opera, adalah seorang yang buruk rupa dan menyimpan dendam  teramat dalam pada semua orang. Kebencian dan dendamnya berasal dari penolakan dan pandangan jijik orang-orang yang ditujukan terhdapnya. Bahkan oleh orang tuanya sendiri. Bahkan topeng pertama yang dikenakannya adalah pemberian sang ibu.

Ya, Eric memang digambarkan sebagai si buruk rupa yang selalu mengenakan topeng dan berdiam di sebuah gedung opera. Tapi tuhan bersikap adil kepadanya dengan menganugerahinya kejeniusan yang luar biasa. Berbagai macam trik disiapkannya di dalam gedung opera, sehingga hampir semua orang percaya bahwa hantu opera memang ada. Kejeniusannya pulalah yang membuatnya dengan mudah melakukan pemerasan pada pengelola gedung opera dan mendapatkan uang melalui itu.


Eric, si buruk rupa tidak takut apapun. Ia bahkan dapat dengan tanpa perasaan membunuh siapapun yang dianggap mengahalanginya. Hal ini menjadi lebih berbahaya saat ia mulai mengenal cinta melalui Christine Dae’ . Christine yang awalnya percaya bahwa Eric adalah malaikat musik, berguru padanya tanpa pernah sekalipun bertemu dengannya. Dan sikap baik serta wajah cantik Christine memunculkan keinginan pada diri Eric untuk memilikinya. 

Hanya saja kemunculan Raoul, cinta masa kecil Christine, mulai membuat Eric gusar, dan berbagai kejadian mengerikan membarengi kegusaran yang dialami Eric ini. Pada akhirnya Eric memang mampu menaklukkan hati Christine, tetapi bukan dalam artian yang kamu bayangkan.  

          Novel karangan gaston Leroux ini pada awalnya cukup membuat aku malas membacanya. Mungkin karena halaman-halaman awal terlalu membosankan (menurutku). Atau bisa jadi karena pengaruh terjemahannya. Tapi pada pertengahan cerita hingga akhir, aku berusaha untuk tidak beranjak dari buku ini. Buku ini mencekam tapi dengan cara yang menarik. 

          Bayangkan saja bagaimana rasanya menjadi Eric. Memiliki dendam sedemikian besarnya wajar saja bila kita adalah dia. Meskipun ia membunuh, memeras, dan menyiksa dengan bahagia, tapi kelihaian Gaston Leroux menuliskan ceritanya membuat kamu akhirnya ragu. Apakah kamu seharusnya membencinya ataukah dia patut dikasihani? Persis seperti yang dirasakan Christine terhadap Eric. “Oh, Eric yang malang”.  

          Beberapa kali kamu mungkin berusaha menolak untuk mengasihaninya, tapi kamu tidak bisa! Gaston Leroux sungguh sangat menyebalkan dalam hal ini. Para wanita (sebenarnya sih aku saja -_-) menginginkan tokoh pangeran berwajah tampan pada setiap kisah cinta, itulah yang selalu membuat kami membenci tokoh-tokoh buruk rupa. Hanya saja kamu tidak bisa terus memiliki pikiran itu saat membaca novel ini. Tidak saat kamu melihat bagaimana pengorbanan Eric untuk Christine. Tidak saat kamu harus melihatnya meninggal dengan segala kepedihan hatinya. "Itulah yang begitu mengerikan dari semuanya. Ia membuatku merasakan kengerian teramat sangat dan aku tak membencinya"
          Bagaimanapun, Gaston Leroux telah membuatku menangis demi tokohnya. Dan aku tidak mau menangis sendirian. Mari baca!

0 comments: