gambar: bukubekas.blogspot.com |
Judul :
The Phantom of the Opera
Penulis :
Gaston Leroux
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
halaman : 376 halaman
Eric, sang hantu opera, adalah seorang yang buruk rupa dan menyimpan
dendam teramat dalam pada semua orang. Kebencian
dan dendamnya berasal dari penolakan dan pandangan jijik orang-orang yang
ditujukan terhdapnya. Bahkan oleh orang tuanya sendiri. Bahkan topeng pertama
yang dikenakannya adalah pemberian sang ibu.
Ya, Eric memang digambarkan sebagai si buruk rupa yang selalu
mengenakan topeng dan berdiam di sebuah gedung opera. Tapi tuhan bersikap adil
kepadanya dengan menganugerahinya kejeniusan yang luar biasa. Berbagai macam
trik disiapkannya di dalam gedung opera, sehingga hampir semua orang percaya
bahwa hantu opera memang ada. Kejeniusannya pulalah yang membuatnya dengan
mudah melakukan pemerasan pada pengelola gedung opera dan mendapatkan uang
melalui itu.
Eric, si buruk rupa tidak takut apapun. Ia bahkan dapat dengan tanpa
perasaan membunuh siapapun yang dianggap mengahalanginya. Hal ini menjadi lebih
berbahaya saat ia mulai mengenal cinta melalui Christine Dae’ . Christine yang
awalnya percaya bahwa Eric adalah malaikat musik, berguru padanya tanpa pernah
sekalipun bertemu dengannya. Dan sikap baik serta wajah cantik Christine
memunculkan keinginan pada diri Eric untuk memilikinya.
Hanya saja kemunculan Raoul, cinta masa kecil Christine, mulai membuat
Eric gusar, dan berbagai kejadian mengerikan membarengi kegusaran yang dialami
Eric ini. Pada akhirnya Eric memang mampu menaklukkan hati Christine, tetapi
bukan dalam artian yang kamu bayangkan.
Novel
karangan gaston Leroux ini pada awalnya cukup membuat aku malas membacanya. Mungkin
karena halaman-halaman awal terlalu membosankan (menurutku). Atau bisa jadi
karena pengaruh terjemahannya. Tapi pada pertengahan cerita hingga akhir, aku
berusaha untuk tidak beranjak dari buku ini. Buku ini mencekam tapi dengan cara
yang menarik.
Bayangkan
saja bagaimana rasanya menjadi Eric. Memiliki dendam sedemikian besarnya wajar
saja bila kita adalah dia. Meskipun ia membunuh, memeras, dan menyiksa dengan
bahagia, tapi kelihaian Gaston Leroux menuliskan ceritanya membuat kamu
akhirnya ragu. Apakah kamu seharusnya membencinya ataukah dia patut dikasihani?
Persis seperti yang dirasakan Christine terhadap Eric. “Oh, Eric yang malang”.
Beberapa
kali kamu mungkin berusaha menolak untuk mengasihaninya, tapi kamu tidak bisa! Gaston
Leroux sungguh sangat menyebalkan dalam hal ini. Para wanita (sebenarnya sih
aku saja -_-) menginginkan tokoh pangeran berwajah tampan pada setiap kisah
cinta, itulah yang selalu membuat kami membenci tokoh-tokoh buruk rupa. Hanya saja
kamu tidak bisa terus memiliki pikiran itu saat membaca novel ini. Tidak saat
kamu melihat bagaimana pengorbanan Eric untuk Christine. Tidak saat kamu harus
melihatnya meninggal dengan segala kepedihan hatinya. "Itulah yang begitu mengerikan dari semuanya. Ia membuatku merasakan kengerian teramat sangat dan aku tak membencinya"
Bagaimanapun,
Gaston Leroux telah membuatku menangis demi tokohnya. Dan aku tidak mau
menangis sendirian. Mari baca!
0 comments:
Post a Comment