Thursday 11 June 2015

Mari Baca

gambar: yustiemada.blogspot.com
Beberapa hari ini aku mengisi waktuku dengan membaca karya sastra, ataupun hal-hal yang berkaitan dengannya. Aku sejak dulu memang gemar membaca tapi bukan pembaca apa-saja. Pada masa-masa remaja aku menyukai komik, kemudian agak berpindah ke novel meskipun belum meninggalkan sepenuhnya bacaan komik kesukaanku. Semasa SMA, aku lebih banyak memeriksa lemari buku kawanku daripada membeli sendiri buku-buku itu. Mungkin karena pengaruh ibuku yang tidak menyukai bila uang belanjaku digunakan untuk membeli buku. Atau aku bisa bilang –dengan tetap mempertahankan sikapku sejak dulu- bahwa ini semua adalah kesalahan hidupku yang malang karena tinggal di kota kecil tanpa satupun toko buku (yang layak- hanya ada satu toko buku yang sebagian besar koleksinya adalah buku pelajaran sekolah dan buku-buku agama). 

Apapun, kali ini, setelah aku akhirnya mulai bekerja (di kota kelahiranku yang tanpa toko buku), aku menggunakan waktu luangku untuk membaca ulasan-ulasan karya sastra di dunia maya dan sebisa mungkin menyisihkan penghasilanku untuk membeli buku secara online (sebisa mungkin tanpa sepengetahuan ibuku). Aku masih pembaca yang pemilih, sebenarnya, tapi aku ingat perkataan seseorang yang kuanggap sebagai tutorku saat aku tidak pernah mau ditawari buku antologi cerpen. Bukan seleraku, kataku saat itu, yang kemudian dijawabnya dengan, “Kamu jangan cuma baca yang kamu suka saja dong.” 

Saat itu aku aneh mendengar sarannya. Aku membaca karena aku suka. Bukannya kebebasan kita terletak di sana- di saat memilih apa saja yang kita suka untuk dibaca? Tapi saat itu aku memang masih bersifat sangat-sangat reaktif terhadap apapun, apalagi bila ada yang berusaha mengubahku. Sekarang setelah lebih bisa berpikir terbuka, aku pikir memang benar. Dunia bacaku tidak akan tumbuh bila aku tetap menjadi pembaca yang seperti itu. Sekarang aku juga melahap cerpen-cerpen yang bisa aku temukan di dunia maya. Aku menyukai karya-karya klasik dunia dan untungnya banyak di antaranya yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Untuk pilihan novel-novel yang aku beli (ataupun pinjam) pun seperti itu, karya-karya klasik dunia masih mendominasi. 

Tapi aku perlu membongkar rahasiaku. Sebenarnya aku menyukai hanya beberapa karya klasik saja. Jose Saramago, Vladimir Nabokov, dan beberapa penulis lain memang benar-benar aku sukai, tapi aku harus jujur dengan mengatakan bahwa banyak diantaranya yang tidak terlalu dapat aku nikmati dengan nyaman (bisa saja karena pengaruh terjemahannya yang buruk, entahlah). Aku masih cenderung menyukai karya-karya pop seperti Harry Potter, Inverno, atau beberapa novel pop lain. Tapi aku memilih meninggalkan dulu itu semua dan mendahulukan karya klasik. Mungkin ini sebagai bentuk penyesalanku karena dulu tidak pernah mendengarkan tutorku itu. Atau bisa saja kalian anggap bahwa aku hanya berusaha menantang otakku sendiri yang memang sedang menghadapi awal kehidupan dunia kerja yang kurang memberi cukup “makanan” bagi otakku. Dan meskipun aku sudah suka membaca sejak lama. Aku akan menganggap masa-masa ini adalah masa-masa awal kehidupanku di dunia membaca. So, biarkan aku mengatakan ini keras-keras pada diriku sendiri. SELAMAT DATANG, RINA!

0 comments: