gambar: yustiemada.blogspot.com |
Beberapa hari ini aku mengisi waktuku dengan membaca karya sastra,
ataupun hal-hal yang berkaitan dengannya. Aku sejak dulu memang gemar membaca
tapi bukan pembaca apa-saja. Pada masa-masa remaja aku menyukai komik, kemudian
agak berpindah ke novel meskipun belum meninggalkan sepenuhnya bacaan komik
kesukaanku. Semasa SMA, aku lebih banyak memeriksa lemari buku kawanku daripada
membeli sendiri buku-buku itu. Mungkin karena pengaruh ibuku yang tidak
menyukai bila uang belanjaku digunakan untuk membeli buku. Atau aku bisa bilang
–dengan tetap mempertahankan sikapku sejak dulu- bahwa ini semua adalah
kesalahan hidupku yang malang karena tinggal di kota kecil tanpa satupun toko
buku (yang layak- hanya ada satu toko buku yang sebagian besar koleksinya
adalah buku pelajaran sekolah dan buku-buku agama).
Apapun, kali ini, setelah aku akhirnya mulai bekerja (di kota
kelahiranku yang tanpa toko buku), aku menggunakan waktu luangku untuk membaca
ulasan-ulasan karya sastra di dunia maya dan sebisa mungkin menyisihkan
penghasilanku untuk membeli buku secara online (sebisa mungkin tanpa
sepengetahuan ibuku). Aku masih pembaca yang pemilih, sebenarnya, tapi aku
ingat perkataan seseorang yang kuanggap sebagai tutorku saat aku tidak pernah
mau ditawari buku antologi cerpen. Bukan seleraku, kataku saat itu, yang
kemudian dijawabnya dengan, “Kamu jangan cuma baca yang kamu suka saja dong.”
Saat itu aku aneh mendengar sarannya. Aku membaca karena aku suka.
Bukannya kebebasan kita terletak di sana- di saat memilih apa saja yang kita
suka untuk dibaca? Tapi saat itu aku memang masih bersifat sangat-sangat
reaktif terhadap apapun, apalagi bila ada yang berusaha mengubahku. Sekarang
setelah lebih bisa berpikir terbuka, aku pikir memang benar. Dunia bacaku tidak
akan tumbuh bila aku tetap menjadi pembaca yang seperti itu. Sekarang aku juga
melahap cerpen-cerpen yang bisa aku temukan di dunia maya. Aku menyukai
karya-karya klasik dunia dan untungnya banyak di antaranya yang sudah
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Untuk pilihan novel-novel yang aku beli (ataupun
pinjam) pun seperti itu, karya-karya klasik dunia masih mendominasi.
Tapi aku perlu membongkar rahasiaku. Sebenarnya aku menyukai hanya
beberapa karya klasik saja. Jose Saramago, Vladimir Nabokov, dan beberapa
penulis lain memang benar-benar aku sukai, tapi aku harus jujur dengan
mengatakan bahwa banyak diantaranya yang tidak terlalu dapat aku nikmati dengan
nyaman (bisa saja karena pengaruh terjemahannya yang buruk, entahlah). Aku
masih cenderung menyukai karya-karya pop seperti Harry Potter, Inverno, atau
beberapa novel pop lain. Tapi aku memilih meninggalkan dulu itu semua dan
mendahulukan karya klasik. Mungkin ini sebagai bentuk penyesalanku karena dulu
tidak pernah mendengarkan tutorku itu. Atau bisa saja kalian anggap bahwa aku
hanya berusaha menantang otakku sendiri yang memang sedang menghadapi awal
kehidupan dunia kerja yang kurang memberi cukup “makanan” bagi otakku. Dan
meskipun aku sudah suka membaca sejak lama. Aku akan menganggap masa-masa ini
adalah masa-masa awal kehidupanku di dunia membaca. So, biarkan aku mengatakan
ini keras-keras pada diriku sendiri. SELAMAT DATANG, RINA!
0 comments:
Post a Comment